Jumat, 13 Maret 2009

Bndung Lautan Api



Cerita Bandung Lautan Api

Mar 31, '08 5:17 AM
for everyone
Pada masa-masa perjuangan kemerdekaan, setiap daerah di Indonesia memiliki nilai dan sejarah perjuangan masing-masing. Di Bandung, apalagi kalau bukan Bandung Lautan Api. Monumen Bandung Lautan Api di Tegalaga merupakan simbol perjuangan dan kerelaan para penduduk yang mengungsi keluar Bandung pada 24 Maret 1946. Siapa juga yang gak 'ngeh' sama monumen ini. Apalagi sejak pelaksanaan peringatan KAA tahun 2005 lalu, semua PKL direlokasi dan Tegalega dipercantik. Makin jelas lah penampakan sang monumen.

Monumen Tegalega dari Jl. Moh Toha
(sedang ada kampanye Oom Agum-Numan)
Sayangnya gak semua yang tahu (dan pasti banyak banget yang gak tahu), bahwa jejak peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) juga diabadikan dalam 10 stilasi yang tersebar di 10 lokasi. Stilasi ini berupa monumen mini karena hanya berukuran tinggi sekitar 1,5m. Stilasi yang didesain oleh Sunaryo dan dibangun tahun 1997 ini memiliki tiga sisi yang memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi dilokasi berdirinya stilasi tersebut, yaitu keterangan Pembuat Stilasi (Bandung Heritage) dan (AMEX Bank Fondation), Teks Lagu “Halo-Halo Bandung” sebagai Penanda Stilasi, serta Peta “Bandung Lautan Api Heritage Trail”. Gak lupa,dibagian atas stilasi dibuat replika bunga khas Bandung, Patrakomala.


Peristiwa “Bandung Lautan Api” merupakan suatu rangkaian peristiwa sejarah yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946, dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk Bandung mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka lalu meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan kota Bandung, dan beberapa tahun kemudian lagu “Halo-halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta yang telah menjadi Lautan Api (bandungheritage.org)

Kesepuluh lokasi tersebut adalah:
1. Gedung BTPN Jl. Dago
2. Bank Jabar Jl. Braga
3. Gedung Jiwasraya Jl. Asia Afrika
4. Rumah Jl. Simpang
5. SD Dewi Sartika Jl. Kautamaan Istri
6. Rumah Nasution (rumahnya udah gak ada lagi) Jl. Dewi Sartika
7. Kompleks Lengkong
8. Jembatan Jl. Lengkong
9. SD Asmi
10.Tegalega.




Berikut saya ceritain kisahnya per stilasi, ceritanya saya baca dari buku Saya Pilih Pengungsi. Kebetulan juga, Sabtu kemarin temen-temen dari bandung Trails ngadain walking tour Bandung Lautan Api dengan rute Tegalega sampai Jl. Kalimantan. Di Jl. Kalimantan ini kami berkumpul di rumah seorang pejuang bernama Aboeng Koesman. So, acara hari itu ditutup setelah mendengar kisah BLA langsung dari saksinya.


Stilasi 10: Tegalega

Stilasi di jl. Moh Toha ini berdiri tepat di depan sebuah Gereja yang pada tahun 1945 adalah radio NIROM. Radio inilah yang ikut menyebarluaskan berita proklamasi sampai ke luar negeri. Disaat yang sama, Indonesia khususnya Bandung, dikuasai Jepang. Di waktu yang berdekatan pula, Jepang kalah dari Sekutu di Perang dunia II. Maka posisi Jepang di Bandung juga ikut terancam. Para pribumi sendiri dapet berita kekalahan Jepang dari koran bernama Surat kabar Tjahaya. Tentara sekutu datang ke Indonesia untuk melucuti tentara Jepang & membebaskan para interniran Belanda yang ditawan jepang, termasuk di Bandung. Nah ternyata kedatangan tentara sekutu (Inggris) ini diboncengi Belanda yang ingin menjajah Bandung/Indonesia lagi. Orang Bandung gak mau dong dijajah Belanda lagi, makanya kedatangan tentara Inggris untuk ngebebasin para interniran ini juga banyak dihadang-hadang sama para pejuang. Jadilah perang. Btw, lokasi penjara interniran itu tersebar di beberapa tempat, diantaranya Lengkong, Tegalega, Cihapit, Bangka, Banceuy, dll. Tentara Inggris gemes juga sama pejuang yang keukeuh ngelawan gak bisa anteng. Jadilah kawasan Tegalega ini salah satu yang dibombardir tentara Inggris (plus Belanda) pada 20 Maret 46. Dan waktu kejadian BLA, kawasan yang kobaran apinya paling besar adalah di kawasan Tegalega dan Cicadas.


Stilasi 9: SD ASMI

Pernah dijadikan lokasi 'rumah sakit' untuk menampung korban luka perang. Pernah juga dijadikan markas para pejuang dalam menyusun aksinya. Kayak pitstop gitu deh. Pada waktu kejadian BLA, penduduk Bandung diharuskan meninggalkan Bandung tanggal 24 Maret sebelum pukul 24.00. Arus pengungsi mulai rame jam 15.00, tapi ternyata gak semua penduduk tau soalnya sosialisasinya kurang. Jadilah arus pengungsi mulai hiruk pikuk pada pukul 17.00 sorenya. Penduduk berbondong-bondong berangkat menuju ke selatan. Ke arah Ciwidey, Pangalengan, Garut, dan Tasik, sampai Jokjakarta juga ada.


Stilasi 8: Lengkong

Jadi berdasarkan buku yang saya baca, ada beberapa hal yang memicu terjadinya BLA, diantaranya adalah banjir besar yang terjadi pada 25 November '45. Cikapundung yang meluap tiba-tiba menyebabkan banyak penduduk hanyut. Penduduk mengira para Belanda ini membobol pintu air didaerah Dago sana, padahal kan enggak. Dan karena keadaan darurat, para penduduk mukul-mukul kentungan sebagai tanda bahaya baniir. Para bule mengira itu tanda serangan, jadi bukannya menolong orang-orang yang menyelamatkan diri banjir, mereka malah nembakin para pribumi.Kebanyakan tentara inggris dkk itu juga malah nontonin orang-orang yang hanyut. Garila ya. Nah, pasca kejadian ini, orang-orang kita semakin benci & dendam kesumat sama tentara Inggris dan Belanda serta antek-anteknya. Gak bisa ngeliat bule dikit aja, langsung dibunuh. Malah sampe dicari-cari segala. Jadilah situasi kecam muram. Langsung curiga, langsung tangkap dan terkadang langsung bunuh. Karenanya, keluarlah Ultimatum I yang isinya: penduduk di daerah utara harus pindah ke Bandung selatan dengan rel kereta api sebagai batasnya. Jadi semua bule ditarik ke utara, pribumi di selatan, biar gak ada bunuh-bunuhan dan situasi aman terkendali. Sayangnya, gak semua mematuhi ultimatum tersebut.


Stilasi 7: Kompleks Lengkong

Disini dulunya adalah lokasi perumahan indo-belanda. Lingkungannya ketata & rapih. enakeunlah.Berbeda dengan pemukiman pribumi. Dulu tentara sekutu berusaha untuk membebaskan interniran yang ditawan di kawasan ini, akan tetapi pejuang kita menghadang kedatangan tentara sekutu. Makanya terjadi pertempuran Lengkong pada 2 Desember 45, pukul 10 pagi. Pertempuran ini nyambung ke serangan Inggris di Tegalega dan serangan berhenti setelah Tentara Inggris berhasil membebaskan para interniran di sore harinya.


Stilasi 6: jalan Dewi Sartika/eks rumah Nasution

Jadi disini dulunya adalah lokasi rumahnya Nasution. Sekarang rumahnya udah gak ada bekasnya lagi, kalo gak ada stilasi ini juga malah gak jelas yang mana rumahnya Nasution. Btw, waktu peledakan pertama BLA, itu lokasinya di BRI itu tuh, di ujung jalan Dewi Sartika. Peledakan yang seharusnya dimulai jam 22.00 malem, malah meledak jam 20.00 malem karena kesalahan teknis. Parahnya lagi, para pejuang gak menjadikan waktu sebagai patokan untuk meledakkan bom. Mereka malah berpatok pada suara ledakan pertama untuk ngeledakin bom yang mereka pegang. Jadinya awal-awal BLA itu agak kacau, berantakan, tapi gak terlalu jadi masalah. Bandung tetap dibakar, kebanyakan dibakarnya sama bom-bom molotov rakitan anak ITB. Beberapa pake bensin dan minyak tanah.


Stilasi 5: sekolah ibu Dewi Sartika

Lokasi sekolahnya ibu Dewi, Sekolah Kautamaan Istri. Bandung harusnya bangga dengan keberadaan Ibu Dewi, karena beliau gak hanya surat-suratan dengan bule asal manalah, tapi juga mendirikan sekolah. Langsung praktek. Tapi kenapa kayak yang kurang hit namanya? sengaja. Kalo Kartini, orang tuanya pro belanda jadi secara politis posisi Kartini aman. Tapi kalo Ibu Dewi sartika, orangtuanya termasuk yang rebel, malah diasingin ke Digul. So, keberadaan Dewi Sartika, secara politis emang sengaja diredam sama pihak Belanda. begitulah...dan waktu BLA, ibu Dewi ikut ngungsi sampai ke Tasik. Konon beliau sedih sekali karena harus meninggalkan sekolah dan murid-muridnya. Beliau gak pernah balik lagi ke Bandung, dan akhirnya meninggal dan makanya sekarang makamnya ada di daerah deket KINGS.


Stilasi 4: rumah jalan Simpang no. 7

Dulu disini adalah markas sekaligus tempat rapat para pejuang, terutama dalam mengambil keputusan membakar Bandung. Soalnya kalo rapat di kantor-kantor militer pasti udah dicurigain duluan, gak bebas. Sementara yang ikut rapat kan gak cuma jendral-jendral, tapi juga pejuang yang ruang geraknya gerilya & sembunyi-sembunyi.
Lokasi rumahnya itu ada didepan, stilasi ditempatkan disitu soalnya gak ada lahan lagi. ini satu-satunya stilasi yang gak pada tempatnya. Biasanya stilasi kan berdiri didepan lokasi, tapi ini mah agak bukan pada tempatnya.
Ngomong-ngomong ya, ada dua versi sejarah terbentuknya jargon lautan api. Pertama, waktu rapat, saking semangatnya pengen ngebakar bandung daripada 'dikasih cuma-cuma' & dihuni Belanda, salah seorang jendral dengan berapi-api ngomong: "kita bobolin Terowongan Rajamandala, biar Bandung jadi lautan api" (harusnya air tapi saking ku keuheulna, jadi yang keluar api). Versi kedua, seorang wartawan yang menulis artikel dengan judul Bandung Jadi Lautan Api. Koran Suara Merdeka, nama wartawannya adalah Atje Bastaman. Pak Bastaman ini melihat pemandangan Bandung dari kejauhan, tepatnya Garut. (yoi, dulu mah Bandung keliatan dari Garut, apalagi kondisinya lagi dibakar masiv gitu).

Stilasi 3: Jiwasraya

Nah ini adalah markas resminya Jendral Nasution dkk. Keputusan ngebakar bandung juga resmi disetujui bersama. tadikan ada ultimatum pertama, ada ultimatum kedua juga nih. isinya: para tentara/pejuang harus meninggalkan bandung dan melucuti senjatanya sendiri. Bandung harus di kosongin. eh enak aja. Nah ultimatum ini keluar dari mulutnya jendral Mcdonald kepada PM Sutan Syahrir, kalo gak dipatuhi lagi, Bandung bakal dibombardir oleh tentara sekutu dari udara, pokoke bakal ada serangan udara besar-besaran kalo kita-kita gak nurut. So, keputusan meninggalkan bandung dipatuhi, dengan catatan Bandung gak boleh disisain sedikitpun buat si bule-bule itu. Ternyata banyak juga tentara sekutu yang membelot jadi berpihak ke pejuang. Tentara Inggris kan isinya gak semua bule, mereka juga bertentara orang-orang Gurkha. Orang India-Nepal sewaan Inggris ini kecil-kecil lincah dan kadang-kadang sadis. Nah, seorang kapten bernama Mirza membelot, balik berpihak kepada nasib pribumi. Dia ngajakin anak buahnya. Inggris bete dong, apalagi Belanda. Makanya Inggris apalagi Belanda itu bete pisan sama pejuang.

Stilasi 2: Bank Jabar
Disini juga terjadi aksi perampasan senjata tentara Jepang oleh pejuang (sebelum terjadi BLA). Penyobekan bendera Belanda yang dramatis tidak hanya terjadi di Surabaya, pada awal Oktober '45, dua orang pejuang bernama Endang Karmas dan Mulyono menerobos masuk ke Gedung DENIS (sekarang bank Jabar) untuk menyobek bagian bendera Belanda yang berwarna biru. Dari puncak hotel Homan, sniper tentara sekutu menembaki mereka. Untunglah keduanya selamat.

Dan sejarah lagu Halo-Halo bandung: konon lagu itu adalah ciptaan bersama para pejuang yang sedang jaga-jaga di pengungsian. Kalimat pertama: halo-halo bandung, tadinya adalah teriakan iseng-iseng para pejuang yang ngeliat dengan mata nanar danhati yang perih, Bandung terbakar di kejauhan. mereka teriak kayak gini: halo...! halo, Bandung...!! terus besoknya lagi, mereka teriak yang sama, sambil ada seorang pejuang dari daerah Sulawesi. teriak "sudah lama beta tak jumpa kau!". makanya aneh kan lagu Halo-Halo Bandung, tapi ada istilah 'beta'nya. bagitulah, lagu itu gak sengaja kecipta sampe jadi lagu-lagu yang disenandungkan hingga akhirnya dibikin rapih lirik & iramanya sama pak Kasur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar